GoHappyLive.com, JAKARTA- Ditengah boomingnya pemanfaatan media sosial sebagai ajang kampanye paling murah bagi calon legislatif, Ketua Umum DPPBanteng Muda Indonesia (BMI), Nazaruddin Kiemas menghimbau kepada kader BMI tidak sepenuhnya bergantung. Adik kandung politisi Taufik Kiemas ini meminta agar kader BMI yang tahun ini maju ke pileg tetap menggunakan cara-cara konvensional.
Kemajuan teknologi dan komunikasi tidak dapat dihindari. Namun faktanya terkait platform kampanye lewat media sosial (medsos) tidak sepenuhnya mampu mendongkrak popularitas seorang caleg.
Bahkan medsos disebut tak lagi efektif menjaring perhatian dan ketertarikan pemilih, terutama bagi kaum milenial (anak-anak muda).
“Yang ikut Pileg itu berapa puluh ribu orang seluruh Indonesia? Tidak mungkin masyarakat akan melihat satu persatu medsos calon anggota legiatif. Itulah mengapa saya bilang gak optimal,” ungkap Nazaruddin saat hadir di acara Peringatan HUT ke -1 BMI DKI Jakarta di kawasan Kelapa Gading, pekan ini.
Nazaruddin mengatakan cara konvensional dengan datang ke daerah pemilihan (dapil) dan bertemu langsung dengan warga justru bisa menjadi pilihan.
Memang konsekwensinya akan berpengaruh kepada cost yang dikeluarkan, namun dampak yang dihasilkan membuat masyarakat melihat kesungguhan hati seorang caleg untuk melayani rakyat.
“Sudah pasti sebagai caleg dia membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tapi kan disertai hasil yang maksimal juga, ketimbang memakai media sosial saja,” urai Nazaruddin yang pernah duduk sebagai anggota dewan DPR RI selama 4 periode, itu.
Sementara itu Ketua Organisasi dan Keanggotaan BMI DKI Jakarta, Pierre Senjaya mengakui peran media sosial hanya memegang porsi 25-30 persen.
“Setiap caleg harus siap turun ke bawah, harus siap kenal dengan masyarakat. Jadi misi saya adalah siap kerja keras, siap melayani warga, dan yang paling penting adalah siap anti korupsi,” tambah Pierre.
Sejauh ini, kata caleg dari dapil 2 DKI Jakarta urutan 7 ini BMI terus menarik anak anak muda mau menggunakan hak pilihnya pada pesta pileg mendatang.
“BMI membuat berbagai macam program yang kreatif. Karena saya kebetulan di bidang organisasi dan keanggotaan, jadi tugas saya adalah mensosialisasikan BMI seluas-luasnya, khususnya di wilayah Jakarta, bersama dengan tim Sosial Media, tim Hubungan Masyarakat,” lanjut Pierre.
Hal senada dikatakan Ketua DPD BMI DKI Jakarta, Dian Eka Yanto, BMI di usia pertamanya memastikan menjadi sayap partai yang membantu partai dalam memenangkan Pileg maupun Pilpres mendatang.
“Luar biasa ya, kita di didik oleh Ketua Umum kita Bapak Nazarudin Kiemas dan oleh partai kita PDI Perjuangan. Itu pengalaman yang sangat luar biasa untuk teman-teman BMI DKI. Karena di sini kita belajar berorganisasi sebelum memasuki organisasi partai kita, karena kita kan sayap partai,” ucap, pria 36 tahun, itu.
Guna mewujudkan harapan tersebut BMI terus merapatkan barisan.
“Dari segi statistik kami sudah mencapai DPC 5 wilayah kota, tinggal Kepulauan Seribu. Kemudian dari tingkat PAC di tingkat kecamatan juga sudah 50 persen yang terbentuk. Kemudian tingkat ranting sudah 30 persen terbentuk. Dari teman-teman BMI DKI juga ada 6 orang yang masuk dalam pencalegan pada Pileg 2019 mendatang. Kita juga memberi kesempatan maju pada seluruh anggota, keterwakilan gender juga seimbang 50:50, laki-laki dan perempuan,” tutup Eka.