Puncak Peringatan Hari Kebaya Dihadiri 9.250 Perempuan Berkebaya, Giwo Rubianto: Kita Seperti Sedang Mengulang Sejarah

WanitaIndonesianews.com,JAKARTA–Puncak peringatan Hari Kebaya Nasional 2024 dihadiri Presiden Joko Widodo beserta  Ibu Iriana Widodo  di Istora Senayan Jakarta pada Rabu (24/7/2024).

Pada kesempatan tersebut Ibu Iriana menerima penghargaan Ibu Bangsa dari Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Ketua Umum Kowani , Giwo Rubianto Wiyogo menyerahkan penghargaan ini atas kontribusi Ibu Negara terhadap kampanye mendukung pemberdayaan perempuan serta peningkatan kualitas hidup perempuan Indonesia.

Presiden Jokowi tampak mendampingi Ibu Negara  yang tampil cantik dengan kebaya beludru berwarna biru saat menerima penghargaan.

Pada Hari Kebaya Nasional yang diperingati untuk pertama kali,  hadir  sejumlah menteri seperti Menparekraf Sandiaga Uno dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto serta sejumlah pejabat negara.

“Peringatan Hari Kebaya Nasional diadakan untuk pertama kalinya pada tahun ini setelah terbitnya Keppres Nomor 19 Tahun 2023 tentang Hari Kebaya Nasional. Kami berharap acara ini  menjadi momen penting dalam upaya melestarikan budaya berkebaya di Indonesia,” papar Giwo, saat memberikan sambutan.

Berlangsung meriah, kegiatan yang mengusung tema “Lestarikan Budaya dengan Bangga Berkebaya”  ini dihadiri  sebanyak 9.250 perempuan berkebaya baik secara daring maupun luring.

Menurut Giwo peristiwa ini seolah mengulang sejarah saat 7000 perempuan yang sebagian berkebaya melakukan kongres.

“Ketika itu, acara tersebut dihadiri Presiden Seokarno. Dan hari ini momen tersebut akan kita ulang lagi,” lanjut Giwo.

Sementara itu, Ketua Panitia Puncak Acara Peringatan Hari Kebaya Nasional Tantri Diah Kirana Dewi berharap  kegiatan ini   mendorong lebih banyak perempuan untuk mengenakan kebaya.

Terlebih telah ditetapkannya bahwa hari Selasa  menjadi hari  khusus berkebaya.

“Selasa Berkebaya ini diharapkan dapat diterapkan oleh perempuan di seluruh Indonesia. Kita memiliki banyak jenis kebaya lho. Ada kebaya labuh dari Sumatera , kebaya kutubaru dari Jawa, kebaya Noni dari Sulawesi Utara, kebaya Nona dari wilayah Timur Maluku dan Papua serta kebaya Kerancang. Kesemuanya akan kita ikutkan dalam nominasi UNESCO bersama empat negara Asean lainnya,” pungkas Tantri.