Tokoh Perempuan Dewi Motik Pramono Serahkan 14 Kategori Arsip Pribadi Ke ANRI

Wanitaindonesianews.com – Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) mengapresiasi tokoh perempuan Dewi Motik Pramono yang menyerahkan arsip pribadinya dari periode tahun 1968  hingga tahun 2014.

Ada sebanyak 14 kategori dokumentasi  milik  Dewi Motik Pramono yang diserahkan pada ANRI. Terdiri dari dokumentasi yang menceritakan perjalanan kariernya, dimulai pada ajang pemilihan Abang None Djakarta tahun 1968, sebagai Top Model tahun 1974, sebagai pendiri Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia tahun 1976, Puteri Ayu tahun 1981–1984, dan Ketua Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) periode 2009 hingga 2014.

Kemudian Dewi juga menyerahkan arsip  pengalaman Dewi sebagai pendiri sekolah TK dan SD Ar-Rahman Motik tahun 1985, pendiri dan pengelola Lembaga Pendidikan Keterampilan dan Kewirausahaan (LPKK) Demono tahun 1989, sebagai pelukis dan pendidik dari tahun 1992 hingga tahun 2000, serta sebagai penulis sembilan buku termasuk yang berjudul “75 Inspirasi Dewi Motik Pramono”, juga kategori Demono bersama tokoh negara, tokoh global, dan Presiden RI.

Pelaksana Tugas Kepala ANRI Imam Gunarto menyambut baik inisiatif Dewi Motik Pramono  bersamaan dengan  digelarnya peringatan Hari Ibu ke-96 tahun 2024 pada Senin, 23 Desember 2024.
Menurut Imam, apa yang dilakukan tokoh perempuan, pengusaha, motivator sekaligus tokoh pendidikan ini hendaknya dapat dicontoh oleh tokoh perempuan lainnya.

Imam mengaku saat ini kesadaran masyarakat termasuk para tokoh dan pejuang perempuan untuk menyerahkan arsip pribadinya ke ANRI masih rendah.

“Berbeda dengan di Eropa para  tokohnya justeru  dengan  sukarela menyerahkan arsip pribadinya ke negara sebagai bentuk donasi untuk menjadi bahan pembelajaran, catatan sejarah dan sumber inspirasi generasi berikutnya,” ujar Imam.

“Kami berharap apa yang dilakukan Ibu Dewi Motik  menjadi sumber inspirasi  bagi yang lain. Dukungan dari semua pihak untuk mensosialisasikan pentingnya menyimpan arsip di lembaga negara seperti ANRI sangat kami butuhkan.  Karena seperti pepatah mengatakan ,  gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, maka manusia mati meninggalkan nama,” lanjut Imam.

Dari arsip-arsip yang tersimpan, tentunya sangat berguna  bagi para generasi .  Dari berbagai  arsip tersebut mereka memperoleh informasi yang mendalam tentang kehebatan para tokoh perempuan Indonesia di masa lalu.

“Siapapun dapat menyimpan arsip pribadi yang bersejarah di ANRI, terutama orang-orang yang memiliki peran penting di republik ini.  Kalau kita belum ada peran, bisa menyimpan sendiri dulu arsip kita. Siapa tahu suatu saat akan menjadi tokoh besar, menjadi Menteri, tokoh nasional. Tentu arsipnya sangat kita butuhkan,” katanya.

Dewi Motik ditemui usai acara , menyampaikan bahwa ide  penyerahan arsip pribadi datang dari kedua anaknya.

Ditambahkan Dewi Motik Pramono, bahwa penyerahan arsip pribadi ke lembaga ANRI dimaksudnya untuk memotivasi pergerakan perempuan di Indonesia.

“Saya percaya, sejarah itu tidak bisa diulangi lagi dan itu akan diarsipkan sebagai masa depan bangsa kita, maka, semua pekerjaan kita yang baik, sebaiknya didokumentasi. Jadi, niat saya di sini, mari kita semua kaum wanita Indonesia yang mempunyai nilai dari apa yang dikerjakan, kita arsipkan sehingga semua orang bisa tahu,” ujar Dewi.

Dewi menambahkan , pentingnya mendokumentasikan berbagai hal di kehidupan sehari-hari. Karena di masa datang, dokumentasi tersebut menjadi sejarah penting dalam kehidupan seseorang.

“Saya bersyukur diingatkan anak-anak saya, Mama kan seorang tokoh yang sudah memberikan banyak kontribusi pada negeri ini. Tidak ada salahnya Mama serahkan arsip-arsip segala kegiatan Mama pada ANRI. Karena dokumentasi itu sangat penting, dan perlu diarsipkan, dibuat menjadi sejarah negara kita, kata Dewi.

Dewi pun sedikit membocorkan kebiasaannya yang suka mendokumentasikan apapun.

“Mulai  surat cinta saya saja, diary (buku harian), saya ngomong sama Allah, saya tulis di dalam diary saya, jadi, dari tahun ke tahun diary saya itu penuh dengan cerita-cerita,” pungkas wanita 83 tahun ini.