Wanitaindonesianews.com, JAKARTA–Kusta masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia. Penyakit kulit yang menyerang saraf ini dan menular melalui droplet yang terhirup, masuk ke saluran pernafasan, lalu ke seluruh tubuh.
Indonesia merupakan negara dengan kasus kusta tertinggi ketiga di dunia. Meskipun telah ada kemajuan dalam penanganan penyakit ini, tantangan seperti stigma sosial, diskriminasi, serta keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan masih menjadi hambatan besar dalam pemberantasan kusta.
Untuk itu, peran media menjadi sangat krusial dalam menyuarakan informasi yang valid, mengadvokasi kebijakan yang lebih inklusif, serta mendorong partisipasi masyarakat dalam mendukung penghapusan kusta.
Sebagai bentuk komitmen dalam mendukung target “zero leprosy”, NLR Indonesia meluncurkan “Project Zero Leprosy”, sebuah inisiatif strategis berbasis kolaborasi, edukasi, dan pemberdayaan komunitas.
Media gathering ini menghadirkan
narasumber dari berbagai pihak, antara lain: dr. Ina Agustina Isturini, MKM. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Prof. Dr. dr. Sri Linuwih Menaldi, Sp.D.V.E, Subsp.D.T, FINSDV, FAADV, Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dewan Pembina NLR Indonesia
Agus Wijayanto, MMID Direktur Eksekutif NLR Indonesia
Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK).
Nurdiansyah, salah satu pasien yang sembuh dari kusta mengatakan kunci menuju kesembuhan adalah disiplin dalam berobat.
“Alhamdulillah saya sudah terbebas dari kusta. Sekarang sudah kembali bekerja setelah perusahaan memberikan saya cuti dua bulan untuk menjalani pengobatan kusta. Kalau disiplin berobat, insya Allah sembuh total , tidak cacat,” Nurdiansyah, warga Bekasi ini, pada acara Peringatan Hari Penyakit Tropis Terabaikan (NTDs) 2025 dan Media Gathering NLR Indonesia: Bersama Media menuju Indonesia Bebas Kusta di Jakarta, Kamis, 27 Februari 2025.
Sebelum terdiagnosa kusta, Nurdiansyah sempat bingung dengan bercak merah yang tampak di kulit tubuhnya. Dia pun beberapa kali berobat ke dokter namun tidak ada perubahan.
“Karena tidak kunjung sembuh, saya sempat dijauhi teman kerja. Tapi saya nggak putus asa berusaha mencari tahu. Setelah dirujuk ke RSUD, barulah tegak diagnosa kalau saya menderita kusta,” kenang Nurdiansyah.
Direktur Penyakit Menular Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit dr Ina Agustina Isturini, MKM mengatakan, Data Kusta Nasional per 22 Februari 2025, sebanyak 13.830 kasus kusta baru pada 2024, dengan 9% adalah kasus kusta diderita anak.
“Sebanyak 83% kasus tersebut tanpa disabilitas atau kecacatan. Jumlah kasus itu menurun jika dibandingkan pada 2023 yang mencapai 14 ribu dan 2022 sebanyak 12 ribu kasus. Belum lagi adanya indikasi penularan kusta pada anak. Proporsi kasus anak di antara kasus baru kusta mengalami peningkatan dibanding tahun 2023 sebesar 8%. Sehingga target kita adalah angka penemuan kasus kusta baru kurang dari 5 kasus per 100 ribu penduduk,” ujar dr. Ina.
Dia menambahkan 3 tahapan pencegahan kusta, yaitu melalui: preventif, surveilans dan tatalaksana.
“Preventif dilakukan dengan Skrining-Deteksi Dini, meliputi lokasi, populasi, kontak (faktor risiko), POPM Kemoprofilaksis Rifampisin dosis tunggal pada kontak penderita kusta untuk mencegah penularan kusta. Lalu vaksin (dalam proses uji coba di India) dan penghentian/pencegahan disabilitas,” lanjut dr. Ina.
“Selain kepatuhan pengobatan penderita kusta, pemberian obat juga dilakukan pada orang yang kontak dengan penderita kusta melalui program Kemoprofilaksis Kusta.
Kemoprofilaksis Kusta dilakukan untuk mencegah penularan kusta pada orang yang kontak dengan penderita kusta.
Kemoprofilaksis Kusta adalah pemberian obat rifampisin dosis tunggal pada orang yang kontak dengan penderita Kusta.
Obat ini diminum di depan petugas bagi yang memenuhi kriteria dan persyaratan.
Apa saja kriteria dan persyaratannya?
- Penduduk di daerah ada penderita kusta
- Berusia lebih dari 2 (dua) tahun
- Tidak terapi rifampisin dalam 2 tahun terakhir
- Tidak sedang dirawat di rumah sakit
- Tidak memiliki kelainan fungsi ginjal dan hati
- Bukan suspek tuberkulosis
- Bukan suspek Kusta atau terdiagnosis Kusta
- Bukan lanjut usia dengan gangguan kognitif.
Sementara itu Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Dr dr Sri Linuwih Menaldi, SpDVE, Subsp.DT, FINSDV, FAADV, menjelaskan penyebaran kusta atau dengan nama lain lepra melalui bakteri Mycobacterium leprae yang ditularkan lewat udara.
“Penyebarannya sama seperti virus Covid-19, menular lewat droplet yang terhirup, masuk ke saluran pernafasan, lalu ke seluruh tubuh,” sambung Prof dr Sri Linuwih.
Prof Sri membantah mitos bahwa penularan kusta terjadi melalui kulit yang saling bersentuhan.
Kusta yang tidak tertangani dengan cepat, penderita tidak akan merasakan sensasi rangsangan.
“Ini terjadi apabila bakterinya sudah menyerang syaraf tepi. Hal ini mengakibatkan penderitanya tidak merasakan sensasi rangsangan, seperti tidak mampu merasakan suhu, tekanan rasa sakit atau disebut mati rasa di sejumlah bagian tubuh misalnya mata, tangan, wajah hingga kaki,” papar Prof. Sri.
Prof. Sri menambahkan, keganasan kusta juga menyebabkan tulang menjadi kaku (kontraktur), sendi menjadi tak bisa digerakkan lambat laun karena lemah, tulang pun bisa lepas sehingga terjadi kecacatan. Namun hal ini bisa terjadi apabila penderita mengalami infeksi pada kulit
10 Persen Tiap Tahun
Untuk menuju target zero leprosy atau bebas kusta, pemerintah menargetkan penurunan kasus baru sebesar 10 persen setiap tahunnya.
“Dari hampir 14 ribu kasus baru saat ini, kita punya mimpi untuk 5 tahun lagi kasus baru tinggal 7 ribu,” kata Agus. Wijayanto, MMID, Direktur Eksekutif NLR Indonesia.
Sebagai bentuk komitmen dalam mendukung target “zero leprosy”, NLR Indonesia meluncurkan “Project Zero Leprosy”. Yaitu sebuah inisiatif strategis berbasis kolaborasi, edukasi, dan pemberdayaan komunitas.
Diharapkan melalui kegiatan ini, semakin banyak media yang terlibat dalam kampanye pemberantasan kusta serta memperkuat dukungan publik terhadap upaya menuju Indonesia bebas kusta.
Kehadiran media dapat dimaksimalkan agar mampu berkontribusi dan menjadi sarana edukasi dan advokasi dalam penanganan kusta di Indonesia.
Untuk itu, Peringatan hari NTDs 2025 dan media gathering “Bersama Media menuju Indonesia Bebas Kusta” ini bertujuan mempererat hubungan dengan media, sekaligus menyampaikan komitmen dan upaya konkret NLR Indonesia dalam mendukung target zero leprosy.