Giwo Rubianto: Perempuan Sangat Berperan Besar Dalam Membentuk Karakter dan Masa Depan Generasi Bangsa

Wanitaindonesianews.com, BOGOR– Setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini, sebuah momen penting dalam perjalanan perjuangan perempuan Indonesia. Hari yang bukan hanya sekadar memperingati sosok Kartini sebagai tokoh emansipasi perempuan, tetapi juga sebagai pengingat atas perjuangan panjang dan kontribusi luar biasa perempuan dalam pembangunan bangsa.

Meski begitu, dikatakan Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd, Ketua Umum Gerakan Wanita Sejahtera (GWS), Pita Putih Indonesia (PPI), BPW Indonesia, Kartini bukan satu-satunya pahlawan perempuan nasional.

Indonesia saat ini memiliki total 16 pahlawan nasional, 15 lainnya diantaranya; Cut Nyak Dien, Cut Nyak Meutia, Dewi Sartika, Martha Christina Tiahahu, Nyi Ageng Serang, Rasuna Said, Maria Walanda Maramis, Fatmawati, Roehana Koeddoes, Malahayati, Opu Daeng Risaju, Andi Depu, Ratu Kalinyamat, Siti Hartinah, Siti Walidah.

“RA Kartini menjadi ikon yang lebih dikenal luas, salah satunya karena warisan intelektualnya yang terdokumentasikan dalam surat-surat harian yang kemudian dibukukan menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Surat-surat tersebut menyuarakan yang memfokuskan akan pentingnya emansipasi perempuan, serta perjuangan perempuan untuk mencapai kesetaraan gender,”  ungkap Giwo, disela-sela kegiatan Halal Bihalal bersama pengurus GWK dan Koperasi di Vila Kura, kawasan Cisarua Bogor, Selasa, 15 April 2025.

Buat pikiran Kartini itu lanjut Giwo hingga kini  disimpan di museum Belanda.

“Catatan-catatan ini menjadi bukti pemikiran Kartini yang melampaui zamannya. Kartini menginspirasi gerakan perempuan Indonesia hingga kini,” lanjut Giwo.

Hingga sampai saat ini, semangat “Habis Gelap Terbitlah Terang” telah terwujud dalam banyak bentu.

Dalam hal pendidikan, kaum  perempuan kini tidak tertinggal dari laki-laki. Berdasarkan data statistik 2024, rata-rata pelajar perempuan, di Sulawesi Utara, misalnya, dalam menempuh pendidikan selama 9,85 tahun, lebih tinggi dari laki-laki yang 9,7 tahun. Atau di Sumatera Barat, perempuan juga lebih tinggi, yakni 9,3 tahun dibanding laki-laki 9,2 tahun.

“Itu artinya, perempuan kini tidak hanya memiliki akses pendidikan yang setara, tetapi juga menunjukkan capaian yang nyata,” papar Vice President International Council of Women (ICW) dan UN Standing Committee International Federation of Business and Professional Women (BPW).

Tidak hanya itu, kontribusi perempuan dalam pembangunan ekonomi bangsa juga tak bisa dipandang sebelah mata.

Terbukti pada saat pandemi Covid 2019 lalu UMKM perempuan menjadi tulang punggung ekonomi.

Giwo mengutip data dari Kementerian Koperasi dan UKM, yang menyebutkan dari 65 juta UMKM di Indonesia.

“Sekitar 64 juta adalah usaha mikro, yang sebagian besar atau 60% dikelola oleh perempuan,” jelas Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) periode 2014-2019 dan periode 2019-2025.

“Ini menunjukkan betapa perempuan menjadi tulang punggung perekonomian rakyat,” lanjut Giwo yang juga Ketua Umum Business and Professional Women (BPW) Indonesia.

Masih di sektor pendidikan, data Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencatatkan ada  sebanyak 70% guru di Indonesia adalah perempuan.

Itu artinya, perempuan turut berperan besar dalam membentuk karakter dan masa depan generasi bangsa.

“Namun perjuangan hak-hak perempuan belum selesai. Di ruang publik dan dunia kerja, misalnya, masih ada pandangan yang meremehkan kemampuan perempuan. Padahal, perempuan adalah sosok multitalenta. Mereka mampu menjalankan banyak peran sekaligus dengan profesionalisme dan ketangguhan. Secara psikologis dan neurologis, perempuan pun lebih komunikatif,” urai Ketua Umum Pita Putih Indonesia, ini.

“Data menunjukkan rata-rata perempuan menggunakan 6.000 hingga 8.000 kata per hari, sedangkan laki-laki hanya sekitar 2.000 hingga 4.000 kata,” papar wanita penyuka Kura-Kura, itu.
Data itu menunjukkan kekuatan komunikasi dan empati perempuan menjadi modal penting dalam kepemimpinan, pendidikan, dan membangun relasi sosial.

“Kita juga memiliki ‘Hari Ibu’ setiap 22 Desember. Hari yang diperingati sebagai bentuk penghargaan kepada seluruh pejuang perempuan dan para ibu bangsa.
Mereka yang sudah mengorbankan jiwa raga mereka, waktu dan tenaga, demi masa depan anak-anak dan bangsa”.

“Ke depan, harapan kita untuk perempuan Indonesia adalah agar semakin berani bermimpi, mengambil peran, dan menjadi pemimpin dalam setiap lini kehidupan,” pungkas Giwo.