Future Beauty Talk 2025 dan Bocoran Tren Kecantikan Untuk 1 -3 Tahun ke Depan

Wanitaindonesianews.com– Memahami Tren Kecantikan Gen Z sangat penting bagi brand mana pun yang ingin terhubung dengan generasi berpengaruh ini.

Bagi pemain lama ataupun brand baru di industri kecantikan, tetap update dan terdepan dalam tren ini akan membantu brand berkembang di pasar yang semakin kompetitif.

Martha Tilaar Group melalui anak perusahaan PT Cedefindo menghadirkan event “Future Beauty Talk 2025: Beyond Boundaries to a Sustainable & Wellbeing Driven Beauty Era” untuk membagikan global insight di dunia kecantikan.

Acara ini menghadirkan keynote speaker Dr. Kilala Tilaar, CEO Martha Tilaar Group yang aktif sebagai juri di berbagai event kecantikan internasional seperti In-cosmetics, Cosmoprof maupun sebagai anggota organisasi Intercolor, pembicara tamu yaitu Maily, S.Si., M.Biomed (Head Research & Innovation Martha Tilaar Innovation Centre), Christian Paquio (Business Director – Philippines & Indonesia- Mintel), serta beautypreneur muda; M Hadiyatulah (Brighty), Rushka dari Raine Beauty, dan Emyranza (Smith).

Pada kesempatan ini Dr. Kilala Tilaar membagikan ulasan dan insight mengenai perkembangan tren dunia kecantikan untuk satu hingga tiga tahun ke depan.

Menurut Kilala, solid cosmetics akan menjadi salah satu tren yang akan terus booming. Di tahun 2024 saja, nilainya mencapai $2.6 miliar dan diproyeksi akan mencapai $5.0 miliar di tahun 2033, bertumbuh di angka 7,6% pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR).

Solid Cosmetic bukan hanya sekadar tren tapi diperkirakan akan menjadi bagian dari gerakan yang lebih luas menuju keberlanjutan dalam kecantikan. Hal ini karena solid cosmetic adalah alternatif sadar lingkungan untuk produk kecantikan tradisional berbasis air.

Solid cosmetic populer —terutama di kalangan Gen Z—karena keberlanjutan dan kepraktisannya. Sekarang ini, jenis kosmetik padat kian berkembang mulai dari facial cleansers & moisturizers, Foundations, primers & highlighters hingga Perfumes, deodorants & SPF sticks.

Selain Solid Cosmetic, Neurobeauty juga diperkirakan akan menjadi tren. Neuroscience cosmetic sendiri adalah bidang inovatif yang memadukan perawatan kulit, perawatan pribadi, dan ilmu saraf untuk meningkatkan kesejahteraan emosional dan kesehatan kulit.

Yang menjadi Key Ingredient pada produk Neurocosmetic umumnya adalah GABA (untuk membuat otot-otot menjadi rileks dan menenangkan saraf otak), CBD (mengurangi stress, membantu keseimbangan kulit), Adaptogens (contohnya; Ashwagandha, membantu kulit menangani stress), Neuropeptides (berkomunikasi dengan saraf untuk meningkatkan fungsi kulit), Fragrance & Texture (didesain untuk mempengaruhi mood melalui indera).

Di tahun ini pasar perawatan bayi juga sedang booming dan diproyeksikan mencapai USD 217 miliar pada tahun 2030, terutama di Asia-Pasifik, Amerika Utara, dan Eropa.

Fenomena ini didorong oleh urbanisasi, meningkatnya pendapatan, dan generasi baru orang tua yang paham teknologi, sadar kesehatan, dan sadar lingkungan. Brand berinovasi untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat akan produk bayi yang lebih aman, lebih cerdas, dan lebih merawat bayi dan lingkungan.

Tak hanya produk bayi saja, produk untuk yang sudah berumur pun diprediksi akan booming.
Longevity dalam kecantikan adalah tentang mendukung kulit dan kesehatan secara holistik untuk menua dengan baik, alami, dan percaya diri.

Alih-alih memerangi penuaan, tren produk anti-aging akan banyak berfokus pada pencegahan, kesehatan, dan perawatan kulit cerdas untuk menjaga cahaya dan vitalitas kulit dari waktu ke waktu, hal ini dilakukan dengan memadukan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendorong kesehatan kulit dalam jangka waktu yang lama. Salah satu produk untuk mencegah penuaan yang paling diminati di tahun 2025 ini adalah produk Sun Care.

Dalam perkembangannya, Sun Care tidak lagi hanya mengenai SPF tapi juga bersifat multi-fungsi, memiliki konsep peduli lingkungan, dan proteksi kulit yang sesuai dengan gaya hidup dan nilai-nilai modern.

Produk Sun Care sekarang ini mencakup manfaat perawatan kulit seperti hidrasi, anti-aging, dan skin barrier, dengan bahan-bahan seperti niacinamide dan antioksidan. Tidak hanya itu saja, sediaannya pun kini beragam, seperti serum, stick, oil, dan powder—dirancang untuk kemudahan, aplikasi ulang, dan penggunaan saat bepergian.

Formulasinya pun inklusif, dirancang untuk cocok untuk dengan semua warna kulit, tanpa white cast, dan menawarkan pilihan berwarna atau berbasis mineral.

Untuk menciptakan produk yang sesuai dengan hasrat, keinginan, dan kebutuhan Gen-Z dan Alpha, serta mengikuti tren, Martha Tilaar Group melalui PT Cedefindo berkomitmen menyediakan layanan yang baik untuk pelaku industri kecantikan baik nasional maupun internasional.

Dalam acara ini juha diadakan peluncuran
buku Glow Economy: The Rise of Beautypreuner, The Birth of Ecosystem Brand. Buku ini ditulis oleh lima tokoh lintas bidang yakni: Kilala Tilaar, Bryan Tilaar, Bernard T. Widjaja, Yuswohady, dan Bagus Zidni Ilman Nafi, yang menggabungkan perspektif praktisi bisnis, akademisi, dan pakar strategi dalam melihat transformasi besar industri kecantikan di era modern.

Glow Economy mengangkat bagaimana bisnis kosmetik, yang selama ini dikenal hanya dari sisi estetika, kini menunjukkan dampak ekonomi yang luar biasa.

Mulai dari penciptaan lapangan kerja, pengembangan UMKM, penguatan industri kreatif, hingga kontribusi terhadap ekspor nasional, semua dikupas melalui narasi yang kaya data, wawasan, dan studi kasus aktual.

Lebih dari sekadar tren, Glow Economy menunjukkan bahwa industri kecantikan menjadi sektor yang adaptif, resilien, dan inovatif di tengah dinamika global.

Buku ini juga menyoroti pergeseran perilaku konsumen, kekuatan komunitas digital, peran perempuan dalam perekonomian, serta peluang strategis bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan regional.

Salah satu hal yang menarik yang diangkat dalam buku ini adalah transformasi PT Cedefindo, salah satu unit bisnis Martha Tilaar Group, yang mengembangkan model bisnisnya dari consumer brand menjadi ecosystem brand.

Melalui pendekatan ini, PT Cedefindo bukan hanya memproduksi kosmetik untuk konsumen, tetapi juga membangun ekosistem yang mendukung tumbuh kembangnya pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di industri kosmetik.

Model ini terbukti efektif dalam mempercepat lahirnya brand-brand lokal baru yang kompetitif, inovatif, dan mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional.

Selain menawarkan analisis mendalam, Glow Economy juga memperkaya isinya dengan studi kasus inspiratif dari para pendiri brand kosmetik lokal yang tengah bersinar di Indonesia, seperti: Raisa dan Ruskha dari Raine Beauty, M. Hadiyatullah dan M. Raafi dari Brighty, Kezia Trihatmanto dan Cindy Angelina dari ESQA, Emyranza founder SMITH, Priscilia Pangemanan dari SASC, serta Rizkia dan Ahmad Rashed dari BHUMI.

Melalui kisah nyata perjalanan mereka membangun merek di tengah kompetisi global, buku ini menjadi sumber wawasan praktis sekaligus inspirasi nyata bagi generasi baru pelaku industri kecantikan Indonesia. Kehadiran buku ini menjadi penting dibaca saat ini, saat industri kosmetik Indonesia berada di momentum emas untuk bertumbuh sebagai kekuatan ekonomi baru di Asia.

“Melalui buku ini, kami ingin menunjukkan bahwa industri kosmetik bukan sekadar soal kecantikan, tetapi kekuatan ekonomi yang nyata. Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat kekuatan Glow Economy di kawasan,” ujar Dr. Kilala Tilaar.

Glow Economy ditujukan bagi pelaku industri, akademisi, pembuat kebijakan, serta masyarakat umum yang ingin memahami transformasi industri kecantikan sebagai bagian integral dari pertumbuhan ekonomi masa depan.