Rayakan HUT Ke-26, Pita Putih Indonesia Perkuat Konsolidasi dan Keinginan Menjadi Anggota PBB

Wanitaindonesianees.com, JAKARTA-
Memasuki usia ke-26, Pita Putih Indonesia  menegaskan komitmennya melalui visi dan misinya untuk menjangkau lebih banyak komunitas dan mendorong kebijakan yang berpihak pada keselamatan perempuan di seluruh Indonesia.

Disampaikan Ketua Umum PPI, Dr. Giwo Rubianto  Wiyogo, M.Pd bahwa keselamatan ibu adalah indikator utama keberhasilan sistem kesehatan.

“Sehingga kami tidak akan berhenti sampai setiap ibu dan bayi di negeri ini aman dan terlindungi,” ungkap Giwo pada, Kamis, 8 Mei 2025 di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.

Pita Putih Indonesia merupakan bagian dari gerakan global White Ribbon Alliance yang fokus pada advokasi keselamatan ibu dan bayi.

Sejak didirikan pada tahun 1999, PPI telah aktif menyuarakan hak-hak perempuan untuk mendapatkan layanan kesehatan reproduksi yang aman, berkualitas, dan terjangkau.

Lebih lanjut Giwo mengatakan berdirinya PPI dilatarbelakangi oleh tingginya angka kematian ibu melahirkan dan bayi baru lahir , prevalensi anemia, malnutrisi, tingkat prevalensi kontrasepsi yang rendah dan perkawinan anak di Indonesia.

Sehingga di tahun 2002,  Menko Kesra Jusuf Kalla menggagas berdirinya PPI.

“Beliau menganggap  perlu adanya organisasi yang dapat mengatasi masalah yang dialami oleh perempuan dan anak-anak Indonesia, ” kata Giwo.

Pada perayaan Hut ke- 26 PPI, Giwo  didampingi Ketua Harian PPI dr Heru Karsidi dan Sekjen PPI Ir. Wincky Lestari. Dia  menambahkan PPI selangkah lagi akan menjadi anggota organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Hal tersebut diyakini karena PPI telah banyak berpartisipasi dalam kegiatan yang digagas organisasi dunia tersebut.

“Sebagai organisasi yang fokus pada kesehatan reproduksi, hak-hak perempuan dan anak-anak khususnya dalam konteks kesehatan, Pita Putih Indonesia sudah sering berpartisipasi dalam kegiatan Perserikatan Bangsa- Bangsa terkait isu perempuan dan anak-anak. Partisipasi tersebut antara lain aktif dalam kegiatan Sidang Umum PBB,” lanjut  Ketua Umum Kowani selama dua periode ini.

“Mohon doanya agar status PPI segera masuk jadi anggota PBB. Segala kelengkapan administratifnya  telah kita penuhi,” papar Giwo, lagi.

Dengan menjadi anggota PBB, program-program yang digulirkan PPI akan semakin mudah  direalisasikan.

“Sangat penting dan strategis karena PBB merupakan forum utama bagi negara-negara untuk bekerja sama dalam menghadapi berbagai masalah global, termasuk persoalan kesehatan ibu dan anak. Selain itu, kita juga bisa meningkatkan kerjasama internasional dan mempromosikan hak perempuan dan anak terkait kesehatan,” ujarnya.

Giwo menambahkan  secara internal, PPI juga terus melakukan konsolidasi antar pengurus tingkat provinsi.

Konsolidasi ini penting agar PPI menjadi organisasi yang semakin besar perannya di tengah masyarakat.

“PPI akan perkuat legalisasinya karena tanpa dasar hukum yang kuat, sebuah organisasi tidak akan leluasa bergerak,” ujar Giwo.

Selama ini, PPI telah memiliki program yang langsung menyentuh akar rumput diantaranya adalah Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

Meski saat ini Germas tidak lagi menjadi program utama Kementerian, namun PPI bertekad untuk melanjutkannya dengan dukungan dana swadaya.

Selain melanjutkan program Germas, PPI juga akan melanjutkan inisiasi Gerakan Ibu Bangsa untuk penuntasan masalah stunting.

“PPI sudah mewacanakan Gerakan Orang Tua Asuh dalam penurunan stunting 4 tahun lalu. Kami bersyukur bahwa inisiasi ini kemudiaan mendapatkan respon dari pemerintah dan masyarakat luas,” katanya.

Tidak hanya itu, PPI juga dikenal karena keterlibatannya dalam pelatihan kader, kampanye publik, serta kerja sama lintas sektor dalam isu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

“PPI terus berkomitmen untuk berkontribusi langsung untuk menurunkan angka kematian ibu, angka kematian neonatal dan menurunkan kematian anak di bawah lima tahun hingga tahun 2030. Jadi kita akan berkampanye dan mengedukasi  tentang  kesehatan reproduksi dan hak-hak perempuan dan anak-anak,” pungkas Giwo.