December 11, 2025

Buka Akses dan Ruang Untuk   Dunia Kerja Yang Lebih Inklusif, My JCDC Gelar Program Spesial Career Day 2025

Wanitaindonesianews.com, JAKARTA–Guna memperkuat keterampilan praktis, dan menciptakan peluang bagi anak penyandang  disabilitas agar dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan produktif, pemerintah kian gencar menciptakan ruang inklusif dan berkelanjutan bagi penyandang disabilitas. 

Namun  hal ini tidak menjadi tanggung jawab pemerintah saja, upaya ini juga harus didukung oleh banyak pihak.

Dalam momen memperingati Hari Disabilitas Internasional, My JCDC meluncurkan program Spesial Career Day 2025 – Inclusive Career & Talent Forum, sebuah inisiatif yang membuka akses kesempatan kerja bagi individu berkebutuhan khusus (special talent).

My JCDC  merupakan klinik tumbuh kembang anak dan remaja yang menerapkan metode terapi DIR Floortime untuk membantu anak berkembang optimal. 

Acara Special Career Day 2025 berlangsung   pada 10 Desember 2025 di My JCDC Kedoya, sekaligus memperingati Hari Disabilitas Internasional dan menjadi forum karier inklusif yang secara khusus memberi ruang bagi special talent untuk tampil dan terhubung dengan dunia kerja.

Special Career Day 2025 ini merupakan forum keempat yang diadakan oleh My JCDC.

“Forum karier inklusif ini merupakan agenda tahunan kami sejak 2022. Kami berharap acara ini bisa berdampak positif dengan membuka peluang karier yang lebih inklusif bagi individu berkebutuhan khusus-special talent,” jelas Nadia Emanuella, Managing Director My JCDC.

Pada kesempatan tersebut, hadir pula  Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dari Kemensos Republik Indonesia, MO Royani, Kepala BPJS Ketenagakerjaan Tangerang Selatan, Lini Septiana.

Ada 2 talkshow menarik yang disuguhkan, talkshow pertama membahas “Potensi dan Kontribusi individu dengan special needs di dunia kerja” dengan narasumber; Lini Septiana Kepala Cabang BPJS Ketenagakerjaan Ciputat dan dr. Meiske Yunithree Suparman, M.Psi., Psikolog Kepala PBKP (Pusat Bimbingan dan Konsultasi Psikologi) Universitas Tarumanagara.

Talkshow kedua membahas tentang “Peran orang tua dalam membangun kemandirian anak dengan special needs dengan narasumber :  Sukri Budi Dharma yang akrab dipanggil Pak Butong Founder Jogja Disability Arts (JDA),  Foundation dan perwakilan orang tua dari special talent JCDC yaitu Simon Riawan.

Acara ditutup dengan Deklarasi Komitmen Bersama “Inklusif untuk Indonesia Maju” yang isinya meneguhkan komitmen bersama antara pemerintah, dunia usaha dan seluruh pemangku kepentingan untuk memperkuat agenda inklusif untuk Indonesia Maju.

Forum karier inklusif ini diharapkan dapat menciptakan ruang dialog dan pertemuan antara individu berkebutuhan khusus (special talent), pihak perusahaan dan pemerintah untuk melihat potensi para special talent secara langsung,  potensi mereka sebagai tenaga kerja yang produktif dan membuka peluang kerja inklusif yang nyata.

Di acara ini, para special talent diberikan ruang untuk menunjukkan kemampuan mereka bukan sebagai “penerima bantuan” melainkan sebagai calon tenaga kerja produktif dan kompeten.

Dengan demikian, perusahaan dan pemangku kebijakan dapat didorong untuk membuka akses kerja yang adil, memperluas definisi inklusifitas bukan hanya pada disabilitas fisik atau sensorik, tetapi juga mental dan intelektual.

“Penyandang disabilitas mental/ intelektual juga memiliki potensi nyata, kreatifitas, dan kontribusi jika diberi kesempatan dan lingkungan yang mendukung,” tambah Nadia.

Pendekatan ini tidak hanya menantang stigma yang masih melekat, tetapi juga membuka pintu dialog untuk menciptakan ekosistem kerja yang lebih inklusif.

Pentingnya Pemisahan Data
Data merupakan fondasi penting untuk membuka akses kerja yang setara dan berkeadilan.

Namun hingga kini, pendataan penyandang disabilitas di Indonesia—termasuk yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta—masih menggabungkan kategori fisik, sensorik, mental, dan intelektual dalam satu kelompok besar.

Ketiadaan pemisahan data membuat jumlah penyandang disabilitas mental dan intelektual tidak dapat diidentifikasi secara akurat.

Di saat yang sama, berbagai penelitian menunjukkan bahwa mayoritas penyandang disabilitas di Indonesia masih berada di sektor informal, dan hanya sebagian kecil yang bertransisi ke pekerjaan formal.

Situasi ini mencerminkan adanya kesenjangan peluang yang luas antara potensi talenta disabilitas dan kesempatan yang tersedia dalam pasar kerja.

“Ketika data saja belum bisa menunjukkan dengan jelas siapa dan berapa jumlah penyandang disabilitas mental, maka agak sulit kesempatan kerja bisa dibuka seluas-luasnya,” jelas Anna Soenardi, Ketua Yayasan Cita Anak Bangsa, pelaksana acara Special Career Day 2025 .

“Melalui Special Career Day ini, kami ingin menunjukkan bahwa talenta disabilitas itu nyata, beragam, dan mereka sama-sama memiliki hak dan layak mendapatkan dan diberi panggung serta kesempatan kerja yang adil sesuai hak azasi manusia. Inklusif bukan soal belas kasih. Inklusif adalah soal kesempatan, penghargaan, dan keadilan,” tambah Anna.

Inisiatif ini juga diharapkan dapat menjadi momentum untuk mendorong pemerintah, swasta dan Lembaga terkait memperbaiki pendekatan pendataan, khususnya terkait disabilitas mental dan intelektual yang selama ini kurang teridentifikasi secara jelas.

Dengan data yang lebih akurat, kebijakan ketenagakerjaan dapat dirancang lebih tepat sasaran.

MyJCDC melalui Yayasan Cita Anak Bangsa, mengundang perusahaan, pihak swasta,  institusi pemerintah, organisasi sosial, komunitas, dan masyarakat luas untuk hadir dan mendukung gerakan ini.

Redaksi's avatar

By Redaksi

Related Post