December 5, 2025

Perdosri Gugat Sistem Rujukan Berjenjang BPJS Kesehatan

Wanitaindonesianews.com, JAKARTA — Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia (PP Perdosri) memperingati Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2025 dengan menggelar Webinar Nasional dengan tajuk provokatif “Menggugat Sistem Rujukan, Menjemput Hak Pemulihan: Transformasi Layanan Kesehatan Berbasis Fungsional”, pada Rabu, 3 Desember 2025.

Diskusi  menghadirkan  sejumlah pakar  terkait layanan kesehatan  dengan menyoroti urgensi perubahan mendasar dalam sistem layanan kesehatan, khususnya yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, untuk memastikan hak pemulihan optimal bagi pasien.

Dimoderatori oleh dr. Agus Prasetyo, Sp.K.F.R., FIPM(USG), AIFO-K, para pembicara, terdiri dari ; dr. Mokhamad Cucu Zakaria (Asisten Deputi Bidang Kebijakan Penjaminan Manfaat Rujukan BPJS Kesehatan), dr. Rumaisah Hasan, Sp.F.E.M.G., AIFO-K, N.M(K) (Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia/Perdosri), dan DR. Dr. Mahesa Paranadipa Maikel, M.H.M.A.R.S (Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional/DJSN).

Topik utama yang menjadi sorotan adalah bagaimana sistem rujukan berjenjang BPJS saat ini dinilai “menghambat” pemulihan pasien, terutama pada kondisi yang membutuhkan penanganan cepat atau yang dikenal sebagai golden period (periode emas).

Keterlambatan akibat harus melewati jenjang fasilitas kesehatan yang tidak selalu memiliki kompetensi spesifik menjadi risiko besar yang dapat menurunkan mutu layanan dan kualitas hidup pasien.

“Kami mengusulkan adanya rujukan langsung ke dokter Sp.KFR (Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi),” tegas dr. Agus Prasetyo selaku moderator.

“Hal ini penting agar golden period beberapa penyakit krusial tidak terlewatkan. Penanganan yang cepat dan tepat akan sangat menentukan hasil pemulihan fungsional pasien,” lanjutnya.

Para pembicara sepakat mengenai urgensi perubahan paradigma layanan kesehatan, yaitu bergeser dari Berbasis Organ (Disease-based) menuju Berbasis Fungsi (Function-based).

Ketua Perdosri, dr. Rumaisah Hasan, menjelaskan bahwa pengobatan harus lebih komprehensif dan holistik, menangani pasien secara bio-psiko-sosial-spiritual, bukan sekadar fokus pada organ yang sakit.

“Ketika kita fokus pada fungsi, kita fokus pada bagaimana pasien bisa kembali beraktivitas, mandiri, dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Inilah esensi dari rehabilitasi medik,” jelas dr. Rumaisah Hasan.

Rehabilitasi berbasis fungsi bukan sekadar pendekatan medis. Ini adalah filosofi yang menempatkan kualitas hidup dan kapasitas fungsional sebagai tujuan utama pelayanan kesehatan.  

“Ketika kita fokus pada fungsi, kita fokus pada bagaimana pasien bisa kembali beraktivitas, mandiri, dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Inilah esensi dari rehabilitasi medik,” tegas dr. Rumaisah Hasan.

Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (Sp.KFR) didorong untuk mengambil peran sebagai “Gatekeeper Fungsional” dalam sistem kesehatan.

Artinya, mereka menjadi garda terdepan yang menentukan rencana pemulihan fungsional komprehensif pasien, memastikan penanganan dilakukan secara terpadu dan efisien.

Pergeseran Paradigma: Dari Penyakit Organ Menuju Fungsi

Para pembicara sepakat mengenai urgensi perubahan paradigma layanan kesehatan, yaitu bergeser dari Berbasis Organ (Disease-based) menuju Berbasis Fungsi (Function-based). Pengobatan yang penanganannya langsung pada fungsi yang sakit.

Ketua Umum Perdosri, dr. Rumaisah Hasan, menjelaskan pengobatan harus lebih komprehensif dan holistik, menangani pasien secara bio-psiko-sosial-spiritual, bukan sekadar fokus pada organ yang sakit.

Rehabilitasi berbasis fungsi bukan sekadar pendekatan medis. Ini adalah filosofi yang menempatkan kualitas hidup dan kapasitas fungsional sebagai tujuan utama pelayanan kesehatan.  

“Ketika kita fokus pada fungsi, kita fokus pada bagaimana pasien bisa kembali beraktivitas, mandiri, dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Inilah esensi dari rehabilitasi medik,” tegas dr. Rumaisah Hasan.

Ia mendorong Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (Sp.KFR) untuk mengambil peran sebagai “Gatekeeper Fungsional” dalam sistem kesehatan.
Menjadi garda terdepan yang menentukan rencana pemulihan fungsional komprehensif pasien, serta memastikan penanganan dilakukan secara terpadu dan efisien.

Di tengah meningkatnya beban penyakit tidak menular (PTM) dan cedera yang meninggalkan dampak jangka panjang terhadap fungsi tubuh, Perdosri tampil sebagai pelopor transformasi paradigma layanan kesehatan di Indonesia.

“Selama ini, sistem kesehatan kita cenderung berfokus pada penyembuhan penyakit semata, tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap kemampuan individu untuk beraktivitas dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial,” ungkapnya.

Karena itu, PERDOSRI mengusung reformasi fundamental: mengubah sistem rujukan yang saat ini masih bersifat administratif dan birokratis menjadi sistem yang responsif terhadap risiko disabilitas dan kebutuhan pemulihan fungsional.

“Pendekatan ini mengakui bahwa kesehatan bukan hanya tentang tidak adanya penyakit, tetapi tentang kemampuan seseorang untuk menjalani kehidupan yang bermakna dan produktif,” ujarnya.

Ia menambahkan, Indonesia menghadapi tantangan kesehatan yang kompleks. Data epidemiologi menunjukkan sebagian besar penyakit tidak menular (PTM) seperti stroke, diabetes dengan komplikasi, penyakit jantung, dan berbagai jenis cedera muskuloskeletal menghasilkan gangguan fungsi yang signifikan jika intervensi rehabilitasi terlambat diberikan.

“Sayangnya, sistem rujukan yang berlaku saat ini seringkali menjadi penghalang, bukan jembatan menuju pemulihan,” urainya.

ISPRM 2027: Momentum Perubahan Global

Webinar ini juga menyoroti momentum penting Indonesia sebagai Tuan Rumah World Congress International Society of Physical and Rehabilitation Medicine (ISPRM) tahun 2027 di Bali.

Anggota DJSN, DR. Dr. Mahesa Paranadipa Maikel, menekankan bahwa kesempatan emas ini harus dijadikan momentum perubahan global untuk layanan berbasis fungsi di Indonesia.

“Menjadi tuan rumah kongres dunia sebesar ISPRM 2027 adalah pengakuan atas peran Indonesia dalam Rehabilitasi Medik. Ini saatnya kita merombak sistem domestik kita agar setara dengan standar internasional, di mana layanan berbasis fungsi diakui sebagai kunci pemulihan yang seutuhnya,” tutupnya.

Webinar ini diharapkan menjadi pemantik bagi pembuat kebijakan untuk segera melakukan transformasi sistem rujukan, demi terwujudnya layanan kesehatan yang lebih inklusif, cepat, dan berorientasi pada pemulihan fungsional optimal bagi seluruh masyarakat, termasuk penyandang disabilitas.

Dewi's avatar

By Dewi

Related Post