October 29, 2025

Maton Guitars Hadir di Indonesia, Buka Akses Gitar Akustik Handmade Kelas Dunia untuk Musisi Tanah Air

Wanitaindonesianews.com, JAKARTA – Setelah hampir delapan dekade menjadi ikon gitar akustik di Australia dan dunia, Maton Guitars kini resmi mendarat di Indonesia. Kehadirannya di Tanah Air disambut antusias para musisi, penikmat musik, dan pelaku industri yang telah lama menantikan akses langsung terhadap instrumen legendaris buatan tangan ini.

Peluncuran resmi Maton Guitars di Indonesia berlangsung pada pekan silam di gerai Melodia Musik Pondok Indah, Jakarta Selatan bertajuk “From Meulbrone to Jakarta – From String to Heart” itu menghadirkan jajaran pimpinan Maton Australia dan distributor resminya di Indonesia, Navanti Musika.
“Maton adalah gitar keluarga, buatan tangan di Australia. Itulah tiga platform utama kami yang kami banggakan. Dan sungguh luar biasa menyambut Indonesia ke dalam keluarga Maton,” ujar David Steedman, Head of Maton Australia, dalam sambutannya.

Maton berdiri di Melbourne pada 1946, dirintis oleh Bill May bersama istri dan saudaranya. Dari bengkel kecil di halaman belakang rumah, Maton berkembang menjadi brand gitar akustik yang dipercaya musisi dunia seperti Tommy Emmanuel, Tash Sultana, Keith Urban, Neil Finn, hingga John Butler. Keunggulannya terletak pada craftsmanship manual tanpa robotisasi, pemilihan kayu solid Australia, dan teknologi akustik yang khas.

Setiap gitar Maton diproduksi sepenuhnya secara handmade, dari pemotongan kayu, pembentukan bodi, pemasangan bracing, hingga proses finishing yang presisi. Dalam sepekan, pabrik Maton hanya memproduksi sekitar 100 unit. Filosofi mereka sederhana: “Jika Anda membuat gitar yang bagus, gitar yang tepat, orang-orang akan menginginkannya,” kata Bill May, pendiri Maton, yang tetap menjadi inspirasi generasi penerusnya.

Menurut Jessica Zubkevych, Commercial Manager Maton Guitars, kualitas suara Maton tak lepas dari penggunaan kayu khas Australia seperti Queensland Maple dan Blackwood. “Kami menggunakan scalloped X-bracing, sambungan leher dovetail yang dibuat tangan, hingga finishing tipis agar suara alami kayu tetap hidup,” jelasnya.

Masuknya Maton ke Indonesia difasilitasi oleh Navanti Musika, sebuah perusahaan yang lahir dari kolaborasi tiga penggiat musik: Ivan Tandyo, Pongky Prasetyo, dan Harry Senlitonga. Ketiganya memiliki visi yang sama: membawa instrumen premium dunia ke musisi Indonesia. “Kami percaya pasar musik Indonesia punya potensi besar. Banyak musisi berbakat yang sudah tampil di panggung internasional. Dengan hadirnya Maton, kami ingin mendukung mereka dengan instrumen terbaik,” tutur Ivan Tandyo, Co-Founder Navanti Musika.

Jessica Zubkevych, Commercial Manager Maton Guitars, sebutkan kualitas suara Maton tak lepas dari kayu khas Australia

Ivan, yang pernah lama menetap di Australia, mengaku jatuh hati pada Maton sejak pertama kali mencobanya. “Saya sudah punya banyak gitar, tapi ketika menemukan Maton, saya langsung tahu: ini gitar akustik yang saya cari,” kenangnya.

Untuk memperluas jangkauan, Navanti menunjuk Melodia Musik sebagai authorized dealer pertama. Melodia Musik, yang telah lama menjadi pemain besar di pasar alat musik Indonesia, akan menjadi ujung tombak distribusi Maton, lengkap dengan layanan purna jual dan garansi resmi.

Untuk tahap awal, enam model Maton Guitars resmi dipasarkan di Indonesia, di antaranya: Mini Maton, SRS Maton, 808 Series, Performer, Troubadour, dan EM6. Harga yang ditawarkan berkisar antara Rp22 juta hingga Rp70 juta, dengan garansi resmi 12 bulan.

Model-model ini merupakan bagian dari 11 lini produksi Maton yang saat ini berjalan di Australia. Seri eksklusif seperti Master Built dan Custom Shop akan menyusul dalam waktu dekat, dengan jumlah produksi sangat terbatas, sekitar 1–2 unit per bulan. Sistem pickup andalan Maton, AP5 Pro, juga menjadi nilai jual tersendiri. Sistem ini menggabungkan mikrofon dan piezo yang dapat diatur secara terpisah, menghasilkan suara yang seimbang dan natural baik di studio maupun panggung besar.

Beberapa musisi Indonesia yang hadir dalam acara peluncuran turut membagikan kesan mereka terhadap gitar Maton. Mikha Angelo, vokalis dan gitaris The Overtunes, menyebut Maton sebagai “game changer” dalam pengalaman bermusik. “Dulu kita cuma bisa lihat Tommy Emmanuel main Maton di YouTube. Sekarang bisa nyentuh langsung, main langsung, dan rasain sendiri. Resonansi, sustain, dan feel-nya beda,” ujarnya.

Sementara itu, Sydney Mohede mengungkapkan pengalamannya saat pertama kali menggunakan Maton di atas panggung. “Biasanya sound engineer saya selalu mengeluh karena suara gitar terlalu cempreng atau tidak seimbang. Tapi waktu saya pakai Maton, dia langsung bilang, ‘This is amazing, this is perfect.’ Itu validasi yang nyata,” katanya.

Kehadiran Maton Guitars di Indonesia bukan sekadar peluncuran produk. Ia menjadi simbol dari keterhubungan budaya musik antara dua negara yang kaya akan talenta dan tradisi. Dari Meulbrone—kota asal Maton hingga Jakarta, semangat From String to Heart kini menjadi jembatan baru bagi musisi Indonesia untuk mengeksplorasi identitas musikal mereka dengan instrumen kelas dunia. “Maton family sangat terkesan dengan Indonesia. Mereka melihat potensi besar karena musisi dan audiens di sini punya apresiasi tinggi terhadap produk premium. Itu sebabnya kami yakin Maton bisa berkembang pesat di pasar ini,” tutur Harry Senlitonga.

Dengan dukungan Navanti Musika dan jaringan ritel Melodia Musik, Maton Guitars kini lebih dekat dari sebelumnya. Para gitaris Indonesia kini memiliki kesempatan untuk memegang, merasakan, dan memainkan gitar yang sama yang telah menemani perjalanan musisi legendaris dunia selama hampir 80 tahun.

Related Post