Wanitaindonesianews.com, JAKARTA–Pesatnya perkembangam teknologi turut memberi dampak positif bagi kesehatan. Melalui teknologi membantu diagnosis lebih akurat, meningkatkan efisiensi perawatan, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Bahkan yang tak kalah penting, teknologi terkini mampu meminimalkan masa pengobatan suatu penyakit yang semula 10 tahun menjadi 2 tahun.
Ya, sebuah teknologi telah mempercepat penemuan obat dari 10 tahun menjadi hanya 2 tahun—ini bukan mimpi, tapi kenyataan yang dihadirkan oleh GATC Health, perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat.
Dengan teknologi eksklusif Multiomics Advanced Technology™ (MAT) – sebuah platform simulasi berbasis Artificial Intelegence / AI yang dipadukan dengan interaksi cara bekerja sistim biologi ditubuh manusia dan ilmu penggetahuan yang mutakhir.
Teknologi dari GATC health ini dapat
memprediksi 90% akurat terhadap keberhasilan atau kegagalan kandidat obat terhadap suatu penyakit dan mempercepat proses pembuatan obat dari 10 tahun menjadi dua tahun.
Kabar baiknya teknologi ini menjadi secercah harapan bagi penderita penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS).
ALS merupakan salah satu penyakit progresif yang mempengaruhi sel saraf di otak dan sumsum tulang belakang yang mengontrol semua pergerakan otot otot ditubuh manusia.
Penyakit ALS adalah salah satu penyakit yang paling menantang di dunia termasuk tanpa obat dan pilihan perawatannya pun sangat terbatas.
Bahkan perkembangan penyakit ALS ini sangat cepat yang pada akhirnya mengakibatkan hilangnya kemampuan penderita untuk menggunakan ototnya.

GATC Health dipimpin oleh Dr. Rahul Gupta , sebelumnya menjabat sebagai Direktur strategi regulasi, kebijakan dan kesehatan masyarakat terhadap keluar masuknya obat obat di seluruh Amerika, berkantor di gedung putih dimasa kepresidenan Joe Biden.
Saat ini GATC Health berkantor pusat di kota Irvine, California dan memiliki fasilitas labotarium di Utah, West Virginia dan di Washington DC.
GATC Health berkolaborasi dengan badan pemerintahan Louisiana yaitu Louisiana AI Drug Development Infrastructure for ALS (LADDIA), Universitas Lousiana, “Pennington Biomedical Research Center” dan Tulane University di New Orleans – Lousiana dalam pengembangan penemuan obat baru bagi penderita ALS dengan menggunakan lisensi tekhnologi dari GATC Health.
Dengan menggabungkan data portal saraf dan Artificial Intelegece canggih, tim ini memelopori pendekatan baru dalam penemuan obat yang berpotensi mempersingkat waktu pengembangan dari lebih dari satu dekade menjadi hanya beberapa tahun.
GATC juga bekerjasama dengan pemerintahan West Virginia, Gubernur West Virginia, Jim Justice dalam keterlibatannya membantu dalam mengembangkan proses pembuatan obat baru yang mana obat perawatan ini nantinya akan diberikan kepada pencandu opioid (sejenis narkotika) sehingga mereka terlepas ketergantungannya terhadap obat terlarang tersebut.
GATC membuka kesempatan kepada negara negara di Asia termasuk Indonesia untuk dapat menggunakan lisensi teknologi canggih ini, bekerjasama dalam dalam proses penemuan obat perawatan baru dengan cepat dan akurat.
Teknologi ini menawarkan masa depan di mana obat- obatan canggih dapat menjangkau pasien merata di seluruh dunia termasuk di negara negara berkembang seperti Indonesia.

