Wanitaindonesianews.com, JAKARTA–Seni dan bisnis kini menjadi alat penting untuk menciptakan sebuah nilai atau uang. Di pameran-pameran kita banyak menemukan produk yang bernilai seni tinggi dan mendapatkan harga pantas karena dikerjakan secara handmade.
Seperti di ajang Special Kids Expo (SPEKIX) 2025 baru-baru ini, sukses digelar dengan mendatangkan lebih dari 3500 pengunjung, menjadi wadah bagi anak-anak berkebutuhan khusus memamerkan hasil karya mereka.
Salah satu yang menarik perhatian adalah karya seni lukis Revanza Putra Andifa Wicaksono, seorang remaja berusia 18 tahun yang hidup dengan autisme sejak usia 1 tahun.
Namun, keterbatasan itu tak menghalanginya untuk berkarya melalui seni lukis yang unik dan ekspresif.
Dibalik kesuksesan Revanza kini ada sosok sang ibu, Dini Wicaksono, yang penuh cinta dan kesabaran, mendampingi dan membimbingnya melalui berbagai terapi serta menyalurkan minatnya di dunia seni.
Ibunya pula yang menemukan bakat melukis Revanza. Semula, Revanza mengekspresikan diri dengan mencoret-coret dinding, yang oleh banyak orang mungkin dianggap masalah.
Namun, ibunya melihat potensi di situ, dan mulai memperkenalkan berbagai media gambar seperti kertas, krayon, pensil warna, hingga cat akrilik.

Sejak usia 7 tahun, ia semakin menunjukkan minat besar dalam melukis, di mana seni lukis itu menjadi cara Revanza untuk menyampaikan perasaan dan pandangannya yang unik terhadap dunia.
Kemudian Dini Wicaksono mendirikan RevanzWorld guna memperkenalkan karya anaknya ke publik dan membuka peluang mandiri ekonomi.
Usaha ini berawal dari tawaran sebuah bank ternama yang mengundang Revanza untuk mengirimkan lukisan anak autisme sebagai gambar kalender tahunan mereka.
Dari sana, Dini mulai memasarkan lukisan Revanza dengan cara tak biasa seperti mengaplikasikan karya lukisannya pada produk fashion dan aksesoris seperti syal, baju, tas, dompet, tumbler, dan sajadah.
Produk-produk tersebut memiliki nilai seni tinggi karena desainnya langsung berasal dari hasil karya tangan Revanza yang orisinal dan tidak bisa diduplikasi ulang.
Hal ini menunjukkan bahwa seni dan bisnis bisa berjalan beriringan untuk mendukung pertumbuhan anak berkebutuhan khusus.
Revanza memang memerlukan rutinitas ketat untuk merasa nyaman.
“Anak autisme seperti Revanza memerlukan pola yang teratur dan terjadwal, termasuk jadwal melukis yang konsisten,”ungkap Dini.
Tak ada paksaan dalam berkarya karena lukisan Revanza sangat mencerminkan suasana hati dan emosinya saat itu, apakah sedang bahagia, sedih, atau tenang. Lewat seni, emosi Revanza tersalurkan, fokus dan ketahanannya meningkat, serta keunikannya dalam melihat dunia tersampaikan dengan cara yang indah dan personal.
Lebih dari sekedar seni dan produk, RevanzWorld berusaha memecahkan stereotip tentang anak dengan autisme, menunjukkan bahwa mereka memiliki potensi luar biasa yang hanya perlu digali dan didukung.

Dini berharap kisah Revanza dapat menginspirasi banyak keluarga dengan anak berkebutuhan khusus agar memberikan kesempatan dan dukungan penuh untuk perkembangan anak-anak mereka.
Seni lukis dan RevanzWorld bukan hanya tentang karya, melainkan juga simbol kekuatan, ketabahan, dan inklusi sosial yang mengajak masyarakat memandang perbedaan sebagai keunikan bukan kekurangan.
Revanza juga aktif mengikuti pameran seni dan komunitas autisme untuk memperluas jaringan dan mendukung inklusi.
Karya-karyanya mengandung pesan keberagaman dan menyuarakan hak setiap individu untuk berkreasi tanpa batasan.
Dengan slogan “Seeing the World Differently through My Eyes,” ia mengajak dunia melihat keindahan dari sisi yang berbeda, bahwa masing-masing manusia punya cara unik dalam mengekspresikan diri dan berkontribusi positif kepada masyarakat.
Kisah Revanza Wicaksono memberikan inspirasi bahwa autisme bukan penghalang untuk berkarya dan mandiri. Dengan dukungan keluarga serta kesempatan yang tepat, bakat-bakat di luar kebiasaan bisa berkembang dan menyentuh banyak orang.
Penulis:
Sofi Nurjanah
NIM: 239147107
Jurusan: Ilmu Komunikasi
Prodi : Fotografi

