Nama Iko Uwais sebagai actor laga semakin mendunia. Terbukti seorang sutradara kenamaan Peter Berg pun ‘kepincut’ untuk memasangkan namanya dalam film terbarunya berjudul Mile 22.
Di film Mile 22, nama Iko disandingkan dengan actor-aktor papan atas dunia, sebut saja Mark Wahlberg, Lauren Cohan, John Malkovich, dan Ronda Rousey.
Lewat film yang bercerita mengenai seorang agen CIA James Silva (Mark Wahlberg) yang ditugaskan untuk menyelundupkan seorang polisi bernama Li Noor (Iko Uwais) yang menjadi saksi kunci atau informan penting.
Selain memerankan karakter Li Noor, suami penyanyi Audy Item ini juga dipercaya sebagai koreografer untuk adegan-adegan laga yang ditampilkan di film terbarunya yang ditayangkan sejak 21 Agustus 2018 lalu.
Sayangnya pada kesempatan premier film yang berlangsung di Plaza Senayan ini, Iko berhalangan hadir . Namun Iko sempat menyapa awak media yang menjadi penonton perdana filmnya itu lewat layar bioskop.
Iko menyampaikan permintaan maaf atas ketidak hadirannya lantaran masih ada pekerjaan di Kanada.
Manajernya, Ricky Siahaan membenarkan bahwa Iko tengah menjalani reading untuk kelanjutan film Mile 22 yang akan diangkat secara trilogy.
Ricky yang juga gitaris band Seringai itu tidak dapat menutupi rasa bangga atas prestasi yang ditorehkan Iko. Namun menurutnya semua itu tidak lain adalah buah dari kerja keras yang dijalani Iko selama ini.
“Saya bangga Iko membawa pencak silat masuk Hollywood. Iko orangnya sangat total dalam pekerjaan. Dia ngga terlalu mikirin pernak-pernik dunia keartisan, dia suka kerja keras. Apa yang ada di depan mata, dia kerjakan 200 persen. Ketika itu membawa hasil di sana, ya wajar saja,” ujar Ricky.
Apakah ke depan Iko akan memilih berkarier di Amerika Serikat? Ditanyakan mengenai hal ini, Ricky mengatakan belum dapat memastikan.
Namun saat ini pun kendati tidak menetap di Amerika, sejatinya aktivitas Iko lebih banyak dihabiskan di luar negeri.
“Walaupun nggak syuting filmnya sendiri, tapi kalau sedang ada pekerjaan sebagai koreografer, itu saja sudah memakan waktu sampai 8 bulan diluar. Jadi sisanya baru dia habiskan bersama keluarga,” papar Ricky.
Menurut Ricky , Iko adalah tipikal orang yang mengalir seperti air.
“Kalau dari manajemen kurang lebih juga sama seperti itu. Kita lebih baik focus pada proyek-proyek yang sedang dijalankan Iko. Nggak terlalu mikirin karier ke depannya bagaimana. Bagi dia, apa yang di depan mata harus dikerjakan maksimal,” kata Ricky, lagi
Ricky bercerita bagaimana ikhwal Iko mendapat tawaran besar dari Peter Berg. Suatu kali pada jam 04.00 dini hari, smartphone Iko bordering.
Saat diangkat, terdengar suara Peter menyapa Iko yang tengah asyik tidur lelap bersama keluarga kecilnya.
“Ternyata Peter sempat nonton film The Raid. Lalu dia berusaha mencari tahu kontak Iko. Begitu terhubung dengan Iko, dia langsung ajak meeting di Amerika. Jelas saja ajakan ini langsung diiyakan oleh Iko. Karena salah satu impian Iko bisa terlibat di filmnya Peter. Sebenarnya film ini akan diproduksi tahun 2015, tapi akhirnya terpending sampai 2017. Syuting dimulai Akhir tahun 2017, Februari 2018 selesai. Nggak lama kok. Memang cara kerja diluar dengan proyek-proyek film Iko di Indonesia beda banget. Di Indonesia kalau sedang terlibat dalam satu proyek aja week end pun masih tetap kerja sampai larut malam. Di luar negeri, Iko kerja nggak lebih dari 10 jam. Sisanya dia bisa istirahat untuk aktivitas keesokan harinya,” pungkas Ricky.