Tak Dendam Pada Masa Lalu Yang Miskin, Sosialita Ini Justru Giat Menularkan Virus Berbagi

Wanita Indonesia News, JAKARTA- Seorang gadis cilik ,9 tahun sedang berjalan, menyusuri jalan yang tak jauh dari rumahnya di kawasan rumah susun Pondok Kopi, Jakarta Timur. Sejenak langkahnya terhenti di depan rumah bagus, berpagar lengkap dengan halamannya nan luas .

Lalu sebuah senyum mengembang dari bibir mungilnya. Mata indahnya seolah menembus jauh ke masa depan.
“Kalau besar nanti, aku ingin rumah seperti ini. Rumah berpagar, berhalaman luas dan diatas atapnya tidak ada lagi rumah orang lain,”gumamnya, optimis.
Usai membuat janji pada dirinya, Rani begitu nama gadis kecil itu pun bergegas mengejar langkah dua orang teman yang meninggalkannya beberapa meter.
Berbilang tahun kemudian, Rani kecil telah bermetamorfosa sebagai sosok wanita dengan strata kehidupan kaum ‘the have’ . Berbaur  dengan kalangan para sosialita ibukota.
Akhir pekan lalu, kakinya kembali menapaki sebuah rusun. meski bukan rusun tempatnya menghabiskan masa kecil hingga remaja, namun setidaknya suasana kehidupan di rusun, sejenak membawa ibunda Amanda, 14 tahun dan Sulaiman 9 tahun ini, bernostalgia.
Dari sudut kaca matanya, tampak binar kebahagiaan sekaligus haru, saat menyaksikan anak-anak rusun usia sekolah dasar berlarian, berkerumun diantara rombongan Wakil Ketua MPR, Fadel Muhammad yang datang bersama sang istri tercinta, Hana Hasanah. Rani sendiri berada dalam rombongan tersebut, tampak pula kehadiran Wakil Ketua DPRD, Muhammad Taufik dalam sebuah agenda kolaborasi berbagi kepedulian.
“Masa kecil saya dulu di rumah susun. Di sana lah saya merajut mimpi, menggapai cita-cita, bagaimana mengubah kehidupan yang serba kekurangan menjadi berkecukupan seperti sekarang,” kata Rani, sesaat tiba di Rusun Muara Baru, Jakarta Utara.
Lantas, hampir 1 jam Rani bersama rombongan blusukan di pemukiman nelayan yang letaknya bersebelahan dengan tembok rusun Muara Baru, itu.
Rani yang merupakan Ketua Sahabat Kartini dan Pendiri Yayasan Bahiira itu membawa puluhan kotak sembako, berisikan beras karung kecil ukuran 5 kg, minyak sayur, gula, makanan kaleng, sirup, kue kaleng hingga mie instan.
Begitu pun pasangan Fadel Muhammad dan Hana yang juga Ketua SDGs Lira Jakarta , membawa paket sembako, kurang lebih sama isinya.
“Kaum perempuan adalah pihak yang sangat merasakan imbas ekonomi dan sosial dari wabah ini. Sahabat Kartini dan Yayasan Bahiira merasa perlu membantu, menunjukkan rasa kepedulian terhadap perempuan. Kami merasa mereka, perempuan dan para ibu juga terkena imbas dan sangat merasakan efek wabah Covid-19 ini,” ungkap Rani, dengan wajah prihatin.
Dalam kunjungan ke pemukiman nelayan yang rumahnya berada diatas permukaan laut itu, Rani seperti larut dalam kesedihan.
Dia mengaku tak mampu melihat para kaum ibu di pemukiman nelayan itu hidup sengsara.
“Pasti kehidupan mereka saat ini sangat berat sekali. Saya berharap wabah ini segera berakhir, agar perekonomian kembali normal. Karena dalam situasi apapun, terlebih dalam masa sulit seperti ini, yang paling merasakan dampaknya adalah para perempuan,” papar Rani.
Dikatakan Rani, entah karena dirinya berangkat dari kehidupan yang tidak ‘adakadabra’ senang seperti sekarang, hatinya sangat mudah tersentuh.

Rani Anggraini Safitri, Sosialita, Ketua Sahabat Kartini

Dia bersyukur, meski masa kecilnya harus dilalui dengan deraian air mata, namun hal tersebut tak membuat mata hatinya tertutup oleh kemewahan sehingga menjadi dendam pada masa lalu.
“Kalau dikatakan dendam, mungkin dendamnya saya kepengin membuat semua orang menjadi senang. Alhamdulillahnya di usia 19 saya sudah bekerja di perusahaan telekomunikasi, karier saya melesat dengan cepat. Di usia 22 tahun pun saya sudah bisa punya rumah sendiri. Saat itulah saya bisa mewujudkan impian memiliki rumah seutuhnya. Yang diatasnya tidak ada rumah orang lain. Maklum ketika tinggal di rusun, diatas rumah saya tempati bersama mama, ada rumah orang lain lagi. Kalau kamar mandi tetangga diatas bocor, rumah yang dibawah, ikutan repot,” kata Rani, mengenang.
Berdosa,  Tidak Menjadi Solusi Bagi Orang Lain
Di saat mulai berpenghasilan, Rani juga memiliki banyak anak asuh. Mereka ada yang dibiayai hingga kuliah.
Mendapat cerita atau menyaksikan sejumlah anak asuhnya dapat hidup layak, menjadi kebahagiaan buat Rani.
Dia berharap sikap pedulinya itu dapat menular pada anak- anak asuhnya yang kini memiliki kehidupan yang lebih baik.
Karena menurutnya untuk berbagi kepada orang lain tidak perlu menunggu kaya.
Yang dia rasakan membahagiakan sesama itu akan berbuah kebahagiaan pada pelakunya.
Terlebih di masa sekarang, ditengah himpitan wabah corona yang terus mengintai, berbagi di saat sulit, jauh lebih membahagiakan.
Rani pribadi telah mendonasikan hampir 2000 paket sembako kepada berbagai lapisan masyarakat, termasuk kepada awak media.
Tak cukup sampai disitu, Rani masih akan terus memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Sampai kapan? Bagaimana kalau pandemi covid 19 berlangsung lama? Apakah Rani akan terus mengikuti kata hatinya untuk terus memberi?
“Mungkin ya, sebisa saya. Saya hanya berdoa, agar senantiasa diberi kemampuan untuk bisa memberi. Bagi saya kalau tidak bisa memberi, itu rasanya sakit sekali di hati. Rasanya seperti berdosa kenapa tidak bisa memberi solusi pada orang lain. Di saat sekarang ini, saya ingin mengeluarkan virus berbagi kepada teman-teman saya. Karena kalau semakin banyak yang tergerak, maka akan semakin banyak orang yang terbantu,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *