GoHappyLive.com, JAKARTA- Penggunaan gadget atau computer di kalangan masyarakat urban menjadi satu hal yang tak terhindarkan. Kebutuhan gadget di era kini bukan lagi sekedar bermain games melainkan menunjang pekerjaan. Dari sisi kesehatan meskipun belum ada penelitian khusus, salah satu penyebab meningkatnya gangguan penglihatan adalah akibat penggunaan gadget yang salah.
Kebiasaan menggunakan gadget atau computer selama 2 yang terus menerus selama 2 jam tanpa istirahat dapat menyebabkan kelelahan pada mata.
Jika hal tersebut terus dibiarkan, bukan tidak mungkin kemampuan penglihatan akan semakin menurun.
Ketua Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) dr . Sidik, SpM, mengatakan gangguan mata terbagi menjadi 3 bagian: gangguan mata sedang, berat dan buta.
Dari hasil sebuah survey ada sekitar 6,4 juta orang Indonesia mengalami gangguan penglihatan mata, 1,3 juta sudah mengalami kebutaan, sementara sisanya masuk kategori sedang dan berat.
“Perilaku atau gaya hidup kini menjadi salah satu penyebab kebutaan. Gangguan penglihatan diakibatkan oleh sebagai perilaku kita. Sebagai contoh penggunaan gadget. Gadget memang tidak dapat dihindari, begitu pula dengan penggunaan computer. Maka sebaiknya tiap 2 jam mata harus diistirahatkan dari kedua benda ini,” ungkap dr. Sidik.
Beristirahatnya dalam artian benar-benar mengistirahatkan mata minimal 10 menit.
“Jangan berhenti melihat computer kemudian berpindah ke smartphone. Pada saat istirahat kita bisa lakukan olahraga kecil caranya dengan memejamkan, melihat pemandangan keluar sambil menghirup udara, minimal lakukan hal itu selama 10 menit,” ujarnya.
dr. Sidik menambahkan pencegahan tidak bicara pada saat ini saja, tapi jauh-jauh hari. Terlebih mulai dari bayi, para orang tua telah membiasakan anak-anaknya akrab dengan gadget.
”Sebagai orang tua pernahkah kita mengingatkan anak untuk tidak membaca sambil tiduran? Ajarkan anak agar tidak menjadikan gadgetnya sebagai sumber cahaya. Artinya jangan main gadget di tempat gelap,” paparnya, lagi.
 
Merugikan Ekonomi dan Kesejahteraan
Berdasarkan data WHO, ada lebih dari 285 juta penduduk dunia mengalami gangguan penglihatan dan 39 juta diantaranya mengalami kebutaan, 124 juta dengan low vision serta 153 juta mengalami gangguan penglihatan karena kelainan refraksi yang tidak terkoreksi.
90% para penyandang gangguan penglihatan dan kebutaan ini hidup di negara dengan pendapatan rendah, yang jika dibiarkan begitu saja tanpa ada tindakan apapun, maka jumlah penderita gangguan penglihatan dan kebutaan ini akan membengkak menjadi dua kali lipat pada tahun 2020.
“Pada anak-anak banyak ditemukan kelainan refraksi yang tidak terkoreksi. Artinya jika hal ini tertanggani dengan pemberian kaca mata yang tepat , maka penglihatannya akan langsung bagus,” papar Wakil Ketua Komite Mata Nasional (Komatnas), dr.Aldiana Halim, SpM (K).

Ki-ka: Ketua Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) dr. Sidik, Sp.M, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dr. Agung Sugihantono, M.Kes, dan Wakil Ketua KOMATNAS dr. Aldiana Halim, Sp.M (K) dalam acara media briefing “Mata Sehat Untuk Semua” di Kementerian Kesehatan/foto: oriza, pixabay

Dalam rangkaian Hari Penglihatan Sedunia/ World Sight Day (WSD), Kementerian Kesehatan melaunching Sistem Informasi Penanggulangan Gangguan Penglihatan (SIGALIH) dan video conference yang dilakukan di Kota Surabaya pada tanggal 11 Oktober 2018 dengan 5 Provinsi lainnya yakni : Jawa Barat, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Maluku dan Sumatera Selatan.
World Sight Day (WSD) / Hari Penglihatan Sedunia dicanangkan oleh WHO tahun 1999 dan diperingati setiap tahun pada hari Kamis minggu kedua bulan Oktober. Tujuan peringatan Hari Penglihatan Sedunia adalah untuk mengkampanyekan agar seluruh warga dunia memusatkan perhatian pada isu global tentang gangguan penglihatan dan kebutaan.
Tema internasional World Sight Day tahun 2018 adalah “Eye Care Everywhere” yang menekankan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan mata bagi semua orang. Sedangkan tema nasionalnya adalah “Mata Sehat Untuk Semua”.
Dirjen Pencegahan & Pengendalian Penyakit (P2P) dr. Agung Sugihantono, M. Kes mengatakan guna menekan meningkatnya gangguan penglihatan, pemerintah melalui Posbindu yang menyebar di tiap kelurahan melakukan deteksi dini gangguan penglihatan untuk usia 15 tahun ke atas melalui metode Hitung Jari. Tak hanya itu skrining gangguan penglihatan pada anak usia sekolah juga dilakukan melalui kegiatan Penjaringan Kesehaan Anak Sekolah dalam Program UKS.
Kementerian Kesehatan menghimbau seluruh Instansi pemerintah, swasta, dan seluruh lapisan masyarakat agar ikut serta mengkampanyekan agar seluruh masyarakat peduli terhadap gangguan penglihatan dan kebutaan sejak dini.
“Jika terjadi gangguan penglihatan agar dapat diobati lebih awal karena gangguan penglihatan walaupun tidak mengancam jiwa tetapi akan menurunkan kualitas dan produktifitas masyarakat yang terdampak pada kerugian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,” pungkas dr. Agung.